Bagaimana Karyawan Biasa Bisa Mewujudkan Liburan Idaman Namun Tetap Hemat?
“Kok bisa sih si Agus liburan ke Lombok? Padahal cuma karyawan biasa loh.”
Masalah
seperti ini tidak jarang dijumpai, apalagi trending
activity yang melanda saat ini adalah traveling.
Terutama anak muda yang sering disebut generasi milenial, tidak lepas dari
jerat jaring travel atau liburan.
Banyak pro dan kontra terhadap kegiatan ini, khususnya dari kalangan orang tua
yang dilibatkan sebagai pengasuh dari kaum muda tersebut. Liburan memiliki
berbagai macam manfaat bagi yang membutuhkannya. Hal ini akan memberikan efek
positif bagi para pelakunya, karena keadaan suntuk dan lelah seputar kesibukan
kerja, stres tingkat tinggi, perlahan akan terkikis hasilnya.
Bagaimana
dengan mereka yang hanya mengikuti tren? Apa yang akan didapatnya? Meski tak
terbantahkan bahwa kesenangan menjadi jawabannya, namun setelahnya efek yang
dihasilkan akan segera timbul. Jika mereka memaksakan berlibur, sedangkan
modalnya pas-pasan, hanya akan menambah beban pelakunya karena pusing
memikirkan solusinya. Sehingga berhutang mungkin menjadi salah satu jalan
keluarnya, termasuk membongkar tabungan yang sebenarnya ditujukan untuk
kebutuhan masa depan. Bukan kebaikan yang ditimbulkan tapi masalah baru justru
hadir. Kasus tersebut menjadikan pihak kontra bermunculan untuk menanggapinya.
Terlepas
dari efek yang ditimbulkan dari liburan itu sendiri, masalah modal menjadi
favorit untuk dibahas. Pelik memang, tapi kenyataannya begitu. Bagi para
pelajar, pasti modal menjadi masalah terbesar mereka, karena belum adanya
sumber penghasilan sebagai unsur utama modal untuk berlibur. Satu-satunya cara
adalah dengan menabung, yang entah berapa bulan untuk 3 hari saja liburan di
Bali. Meskipun seorang karyawan, pegawai, atau pengusaha, modal tetap menjadi
pilihan pertama untuk didiskukan lebih dalam. Sehingga menjadi momok yang
menyeramkan daripada hantu belakang rumah. Hehe.
Lalu
bagaimana cara mengatasinya? Terlebih tujuannya pasti mendapatkan manfaat
positif, namun tidak menimbulkan problem baru yang tidak diinginkan. Berbagai
cara ditempuh demi mendapatkan liburan idaman, salah satunya memang menabung,
bahkan berhutang. Cara terakhir menjadi hal yang tidak disarankan oleh penulis
untuk dilakukan, kecuali liburan tersebut memang layak diperjuangkan. Perencanaan
yang baik menjadi solusinya, seperti mencicil motor, sediakan modal awal untuk
membeli tiket atau uang perjalanannya. Istilahnya membagi setiap modal menjadi
rincian merupakan saran untuk masalah biaya.
Biaya
akomodasi dapat diprioritaskan terlebih dahulu, selanjutnya menyusul biaya
lainnya. Tentukan pula tanggal keberangkatan liburan sejak jauh hari, misalnya
6 bulan mendatang, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu mepet juga. Buat bulan
pertama sebagai cicilan pembelian biaya perjalanan. Selanjutnya menyusul di
bulan kedua atau ketiga untuk menyicil biaya sewa penginapan. Untuk bulan
keempat atau kelima, sisakan untuk mengumpulkan modal sebagai biaya belanja di
tempat liburan. Pastinya pengen kan berlibur sembari membeli oleh-oleh, betul
tidak? Keadaan seperti ini berlaku bagi mereka yang ingin berlibur ke luar kota
atau luar pulau, bahkan luar negeri sekalipun.
Tulisan
ini disajikan berdasarkan pengalaman penulis pribadi, dan dari berbagai sumber
yang telah dibuktikan. Jika berencana berlibur ke Pulau Dewata, sempatkan untuk
menyusun rencana sebaik mungkin, termasuk wawasan lokasi liburan di sana. Happy Holiday!
Tidak Ada Komentar.